Langsung ke konten utama

Dermatitis Pada Kehamilan

Bismillahhirrahmannirrahiim...

Menyambung tulisan sebelumnya, saya akan menceritakan tentang kehamilan ketiga. Kehamilan yang tak kalah cobaannya dibandingkan kehamilan kedua. Bersama suatu makhluk Allah yang bernama dermatitis. Bertahan menanggung beratnya kehamilan sambil mengasuh dua orang balita.

Dermatitis itu hanya punya satu kata penjelas yang mutlak yaitu gatal. Gatal luar biasa yang saya rasakan selama berbulan-bulan. Nyaris saya dibilang sakit jiwa bila gatal parah menyerang. Seperti orang sakau minta diberi narkoba. Bolak-balik ke dokter tiap kali obat habis. Entah berapa banyak obat anti alergi dan obat anti radang yang sudah saya lahap. Juga krim anti radang seharga ratusan ribu yang saya oles di seluruh tubuh yang hanya bertahan 2 atai 3 hari saja saking meratanya radang di seluruh tubuh saya.

Menjelang usia kandungan 7 bulan, saya berencana untuk segera menyapih putri kedua yang sebentar lagi genap berusia 18 bulan. Saya tidak bermaksud untuk melakukan tandem nursing atau menyusui dua anak sekaligus karena kondisi kami yang saat itu tidak mempunyai banyak bala bantuan. Ketika akan melahirkan nanti, di rumah hanya ada ibu saya yang akan dititipi dua balita. Kerepotan pastinya bila putri kedua kami masih menyusu. Saya sama sekali tidak berniat untuk memberikan botol susu tentunya. Jadi menyapih adalah keputusan yang terbaik menurut kami saat itu. Disamping dermatitis yang sudah mulai saya rasakan sejak usia kandungan 5 bulan.

Proses penyapihan berjalan dengan lancar. Suami sangat membantu dalam prosesnya. Cuti kerja beberapa hari hanya untuk mengajak kami berjalan-jalan agar proses penyapihan berlangsung dengan cepat. Seusai penyapihan berakhir, dermatitis menjadi semakin parah. Saya mencurigai hormon sebagai biang keladinya. Menurut hasil diskusi dengan dokter spesialis kandungan dan dokter spesialis kulit, dermatitis kehamilan yang saya alami dipicu oleh hormon kehamilan yang sangat tinggi. Tiga kali hamil dalam jarak yang berdekatan menyebabkan hormon kehamilan yang semakin memuncak. Tidak ada cara untuk mengobatinya selain berakhirnya kehamilan. Artinya saya harus hidup bersama dengan dermatitis sampai saya melahirkan nanti. Hiks..hiks..

Siang hari suami kerja. Anak-anak harus memaklumi kondisi saya yang setiap saat diserang gatal hebat. Seringkali mereka menatap saya dengan iba. Namun namanya juga anak-anak, mereka tetap meminta saya melayani mereka seperti biasanya, jika tidak mereka tak berhenti merengek. Berjuang mengasuh mereka dengan segala kesakitan yang saya rasakan. Itulah hari-hari saya dalam beberapa bulan yang berat itu.

Malam hari biasanya gatal menghebat. Suami saya yang sangat baik sudah melakukan segala macam cara untuk mengobati sakit saya. Mulai dari membawa saya ke dokter spesialis kulit setiap pekan, membelikan obat-obatan, membelikan herbal, membelikan Transfer Factor, dan mengambil alih tugas-tugas saya di rumah. Kasihan sekali ketika saatnya istirahat masih harus terganggu dengan perilaku saya saat merasakan kesakitan yang luar biasa setiap malam. Saya terus menggaruk sambil menangis. Tak peduli darah di mana-mana karena kulit saya yang terluka oleh kuku saya sendiri.

Begitulah saya lalui selama berbulan-bulan. Sampai akhirnya dermatitis berkurang drastis setelah melahirkan. Namun belum sembuh total, dermatitis masih tetap muncul setiap beberapa hari sekali. Semakin jarang sampai akhirnya benar-benar sembuh setelah 3 bulan melahirkan. Alhamdulillah akhirnya saya bisa ucapkan selamat tinggal pada sahabat baik yang telah menemani selama berbulan-bulan yaitu cetrizine dan metilprednisolone...


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengalaman Belanja Oleh-oleh Umroh

Saat akan menentukan budget oleh-oleh dan item apa saja yang akan dibeli, saya kebingungan karena minim sekali blog yang menginfokan hal ini. Oleh karena itu, pada tulisan ini akan saya paparkan mengenai beberapa item oleh-oleh yang saya beli di sana. Sayang sekali tidak semua barang berhasil saya dokumentasikan. Walaupun begitu, semoga tulisan saya ini bermanfaat. Nah, ini diantaranya item yang ditemui di Bin Dawood, Makkah. Bin Dawood terletak di kawasan Zamzam Tower lantai dasar. Foto paling atas adalah aneka bumbu, kebanyakan bumbu nasi khas Arab. Ini macamnya banyak sekali. Saya pun membeli belasan buah karena menganggap ini adalah item yang tidak bisa dibeli di tanah air. Foto kedua adalah bumbu kebuli premium seharga 14 riyal dan keju la vache seharga 7,5 riyal. Dan foto ketiga adalah cokelat kerikil kemasan 225gr seharga 16 riyal. Nah, itu struk pembayaran belanja di Bin Dawood, Makkah. Nah, kalau foto yang diatas itu adalah item yang

Melihat foto-foto...

Foto-foto waktu jaman muda@ Kampus... Menatap Langit di atas kampus ITB Turun ke Jalan Pake Jaket Bolang Jadi Ibu Guru Rapat Naik Gunung Napak Tilas Jalan-Jalan ke UI Ketemu Tokoh Briefing..briefing.. Darma Wanita Wira Kreasi Berkarya Nge-Lap

Masuk Magister Kenotariatan UNPAD

Lama tidak menulis. Ada yang kangen dengan tulisan saya kah?? qiqiqi Satu tahun terakhir ini saya menghabiskan waktu untuk melanjutkan sekolah. Mau tau ceritanya? Let's read! Ini adalah laman yang sejak bulan Maret 2018 selalu saya intip. Di laman tersebut saya melakukan registrasi pendaftaran SMUP UNPAD, TPA,TOEFL, pengumuman kelulusan, sampai nantinya pengumuman mengenai daftar ulang dan pelunasan pembayaran SPP semester pertama. Hari-hari saya pun dihabiskan untuk memenuhi persayaratan pendaftaran yang begitu kompleks yang bikin meringis untuk melengkapinya. Foto di atas itu hanya salah satu dari sekian banyak syarat yang harus dipenuhi. Bolak balik ngurusin TPA dan TOEFL, SKCK, Legalisir Ijazah dan Transkip, Surat Keterangan Sehat dari UPT Kesehatan UNPAD, ikut bimbingan belajar, masukin syarat-syarat, bikin Proposal Tesis, serangkaian tes yang bikin nangis, sampai akhirnya melengkapi syarat daftrar ulang. Saat ujian tertulis, saya sudah putus asa. Di situ saya