(dikutip dari “Detik-detik yang Menentukan”)
“Oh Tuhan, saya tidak bertanya mengapa, kenapa, dan bagaimana, semua ini dapat terjadi. Karena saya berkeyakinan bahwa semua ada artinya, yang sekarang saya belum memahami tetapi kelak saya ketahui. Jikalau saya diperkenankan memohonkan sesuatu, maka berilah saya kekuatan, kesabaran untuk menghadapi semuanya dengan tenang dan menyelesaikan semua persoalan demi kepentingan seluruh bangsa Indonesia dengan baik. Berilah saya petunjuk untuk mengambil jalan yang benar, sesuai kehendakmu. Ampunilah dosa saya.”
Sambil memanjatkan doa tersebut, saya dalam keadaan seperti dihipnotis tiba di Kuningan dan disambut oleh salah seorang Asisten Wakil Presiden, Jimly Asshiddiqie, yang mengantar saya ke pendopo. Di pendopo, saya tergeletak duduk beberapa menit dan seolah-olah dalam keadaan trance.
Kemudian saya masuk melalui ruang makan, di mana istri saya sedang membaca kitab suci Alquran. Di amar tidur, setelah mengambil wudhu dan melaksanakan shalat, saya mengucapkan doa yang sama seperti di dalam mobil. Doa tersebut berulang kali saya ucapkan dan berselingan dengan membaca Al-Faatihah, Al-Ikhlas, Al-Falaq, dan An-Naas.
Sekitar pukul 21.45, istri saya datang ke kamar tidur untuk menyampaikan bahwa di pendopo, semua Menko dan banyak menteri hadir. Istri saya bertanya, “Ada apa”. Saya jawab, “Saya panggil mereka”.
Komentar
Posting Komentar