Dalam surat Ali Imran ayat 104 dan 110 serta surat An Nisa ayat 124, secara tersirat disebutkan bahwa peran muslimah dalam dakwah adalah sebuah keniscayaan dan kebutuhan. Keberadaan muslimah merupakan salah satu indikasi keberhasilan (performance indicator) Dakwah. Muslimah merupakan salah satu sayap di antara “dua sayap” pesawat terbang dakwah di mana satu sayap lainnya adalah laki-laki. Pesawat terbang dakwah ini tidak akan terbang tinggi ke angkasa jika hanya mengandalkan satu sayap saja. Keikutsertaan dan kebersamaan muslim dan muslimah adalah suatu hal yang tak bisa dihindari.
Politik dakwah bagi muslimah adalah sebuah hal yang penting. Politik dakwah dapat mengasah ketajaman intuisi, memberi pengayaan tsaqofah, meningkatkan kemampuan membaca peta da’wah (membuat SWOT), mempermudah untuk penyusunan strategi dan program, menghaluskan langkah dan bahasa da’wah, dan membuat muslimah cerdas untuk mengambil moment sejarah karena kesempatan emas tidak berulang dua kali.
Saat muslimah sudah memiliki politik dakwah, maka dakwah dalam dunia politik juga merupakan hal yang tak kalah pentingnya. Dakwah politik merupakan simbol kesempurnaan ajaran Islam. Dakwah politik dapat membangun kesadaran untuk tercapainya pencerahan pemikiran, pemahaman, dan perilaku shalihat secara massif. Dakwah politik dapat mengokohkan ”basic paradigma” bahwa masa depan kebangkitan dan kekokohan peradaban dimulai dari rumah dan keluarga.
Pada akhirnya, keberadaan muslimah dalam dakwah politik diharapkan dapat membangun dan menata massa mayoritas yang diam (the silence majority yaitu kaum muslimah). Serta bisa mengambil posisi tawar yang strategis untuk peran-peran politik (bicara akurat, cerdas, visioner, dan terukur).
***
Sebuah tulisan yang sangat bagus dari Ibu Wiwi. Saya hadiahkan untuk adik-adik (akhwat) pemegang tongkat estafet dakwah selanjutnya (di ranah siyasi). Semoga bisa menjadi motivasi untuk tetap istiqomah di ranah terjal lagi berbatu ini.
Komentar
Posting Komentar