Langsung ke konten utama

Menghilangkan Trauma Persepsi (edisi Tathahhur)



Taujih KH. Hilmi Aminuddin


“Innallaha yuhibbu attawwabiina wa yuhibbul muthathahhirin”
Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang selalu membersihkan diri.


Langkah pertama dalam meningkatkan kapasitas kepemimpinan adalah Tathahhur, dalam tanmiyah an-nukhbah qiyadiyah adalah harus selalu membersihkan diri (takhalus) dari trauma persepsi. Tathahhur ini sangat diperlukan, mengingat Indonesia adalah salah satu negeri Islam, atau negeri dunia ketiga, yang dalam sejarahnya pernah mengalami masa yang sangat panjang dalam penjajahan. Kadangkala kita terjebak oleh paradigma berpikir lama. Oleh karena itu, hal yang pertama harus dilakukan adalah membebaskan diri dari trauma persepsi akibat panjangnya penindasan, pengekangan, penderitaan, dan himpitan dalam segala sector-ekonomi, politik, sosial, budaya.


Ada tujuh trauma persepsi yang kita harus membersihkan diri darinya :


  1. Al’-uqdah al-inhizamiyah, yaitu trauma persepsi selalu kalah kalau bertarung.

  2. Al’-uqdah al-istihdafiyah, yaitu trauma persepsi yang merasa kalau kita ini jadi objek terus.

  3. Al’-uqdah almuamaratiyah, yaitu mentalitas merasa orang-orang lain sedang bersekongkol melawan kita.

  4. Al’-uqdah arraj’iyyah, yaitu trauma kalau kita ini terbelakang.

  5. Al’-uqdah salbiyah, yaitu trauma persepsi yang berpikiran selalu negatif.

  6. Al’-uqdah alkamaliyah, yaitu trauma persepsi yang cenderung perfectionist.

  7. Al’-uqdah attaba’iyyah, yaitu trauma persepsi dari orang-orang yag tidak mau kreatif, maunya mengikuti.

Komentar

  1. karena himpitannya sudah membudaya dan melembaga, butuh sebuah komunitas yang kokoh ideologinya, jelas tujuannya dan rapat barisannya..untuk bersama membersihkan diri.

    BalasHapus
  2. @ Kak arif
    Maksudnya 'Tarbiyah' ya kak? Hehe
    Btw, comment nya ke-detect sbg spam terus ya kak?!

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengalaman Belanja Oleh-oleh Umroh

Saat akan menentukan budget oleh-oleh dan item apa saja yang akan dibeli, saya kebingungan karena minim sekali blog yang menginfokan hal ini. Oleh karena itu, pada tulisan ini akan saya paparkan mengenai beberapa item oleh-oleh yang saya beli di sana. Sayang sekali tidak semua barang berhasil saya dokumentasikan. Walaupun begitu, semoga tulisan saya ini bermanfaat. Nah, ini diantaranya item yang ditemui di Bin Dawood, Makkah. Bin Dawood terletak di kawasan Zamzam Tower lantai dasar. Foto paling atas adalah aneka bumbu, kebanyakan bumbu nasi khas Arab. Ini macamnya banyak sekali. Saya pun membeli belasan buah karena menganggap ini adalah item yang tidak bisa dibeli di tanah air. Foto kedua adalah bumbu kebuli premium seharga 14 riyal dan keju la vache seharga 7,5 riyal. Dan foto ketiga adalah cokelat kerikil kemasan 225gr seharga 16 riyal. Nah, itu struk pembayaran belanja di Bin Dawood, Makkah. Nah, kalau foto yang diatas itu adalah item yang

Melihat foto-foto...

Foto-foto waktu jaman muda@ Kampus... Menatap Langit di atas kampus ITB Turun ke Jalan Pake Jaket Bolang Jadi Ibu Guru Rapat Naik Gunung Napak Tilas Jalan-Jalan ke UI Ketemu Tokoh Briefing..briefing.. Darma Wanita Wira Kreasi Berkarya Nge-Lap

Masuk Magister Kenotariatan UNPAD

Lama tidak menulis. Ada yang kangen dengan tulisan saya kah?? qiqiqi Satu tahun terakhir ini saya menghabiskan waktu untuk melanjutkan sekolah. Mau tau ceritanya? Let's read! Ini adalah laman yang sejak bulan Maret 2018 selalu saya intip. Di laman tersebut saya melakukan registrasi pendaftaran SMUP UNPAD, TPA,TOEFL, pengumuman kelulusan, sampai nantinya pengumuman mengenai daftar ulang dan pelunasan pembayaran SPP semester pertama. Hari-hari saya pun dihabiskan untuk memenuhi persayaratan pendaftaran yang begitu kompleks yang bikin meringis untuk melengkapinya. Foto di atas itu hanya salah satu dari sekian banyak syarat yang harus dipenuhi. Bolak balik ngurusin TPA dan TOEFL, SKCK, Legalisir Ijazah dan Transkip, Surat Keterangan Sehat dari UPT Kesehatan UNPAD, ikut bimbingan belajar, masukin syarat-syarat, bikin Proposal Tesis, serangkaian tes yang bikin nangis, sampai akhirnya melengkapi syarat daftrar ulang. Saat ujian tertulis, saya sudah putus asa. Di situ saya