Langsung ke konten utama

Menikmati Demokrasi



Kembali membaca tulisan lama...

Menikmati Demokrasi
(Anis Matta)


Setiap individu dalam masyarakat demokrasi sama dengan individu yang lain. Semua sama-sama bebas dalam berpikir, berekspresi, bertindak, dan memilih jalan hidup. Tidak boleh ada rasa takut, tidak boleh ada tekanan, terutama dari militer. Tidak boleh. Kebebasan hanya dibatasi oleh kebebasan yang sama.

Fungsi negara hanyalah memfasilitasi untuk hidup bersama secara damai. Negara bertugas melindungi setiap individu dan setiap entitas untuk hidup dengan cara mereka. Dasar yang digunakan negara dalam bekerja adalah kesepakatan bersama antarwarga negara, sesuatu yang kemudian kita sebut dengan konstitusi, undang-undang atau hukum.

Padanan demokrasi dalam ekonomi adalah tuntutan pasar bebas. Di sini harus ada jaminan kebebasan bagi lalu lintas barang, jasa, dan manusia (sebagai apapun, termasuk sebagai tenaga kerja), tanpa batas teroterial, regulasi, atau nilai. Semua pergerakan itu semata-mata tunduk pada hukum supply and demand. Semua bentuk barang atau jasa harus bisa diperdagangkan, selama ada permintaan pasar.

Maka, semua orang menikmati demokrasi. Para kapitalis menikmati demokrasi karena inilah payung politik yang ke semua sudut pasar potensial. Para buruh juga menikmati demokrasi karenai inilah payung politik yang memberikan perlindungan hak-hak dan kebeasan bekerja. Kelompok minoritas dalam semua bentuknya, termasuk minoritas nilai (atau yang secara kasar kita sebut menyimpang), juga menikmati demokrasi karena hak hidup mereka terlindungi di sini.

Dakwah juga menikmati demokrasi karena di sini para da’i menemukan kebebasan untuk bertemu dan berinteraksi secara terbuka dan langsung dengan semua objek dakwah. Otoritariarisme dan kediktatoran membut dakwah tidak bisa bernafas lega. Di sana tidak ada tempat bagi ekspresi yang lepas.

Tapi keikmatan ini ada harganya. Terutama bagi dakwah. Kita memang bebas berdakwah, tapi para pelaku kemungkaran juga bebas melakukan kemungkaran. Yang berlaku di sini bukan hukum benar-salah, tapi hukum legalitas. Sesuatu itu harus legal, walaupun salah. Dan sesuatu yang benar tapi tidak legal adalah salah. Begitulah aturan main demokrasi. Karena itu, masyarakat demokrasi cenderung bersifat eufimistis, longgar, dan tidak mengikat.

Yang kemudian harus kita lakukan adalah bagaimana mengintegrasikan kebenaran dengan legalitas. Bagaimana membuat sesuatu yang salah dalam pandangan agama menjadi tidak legal dalam pandangan hukum positif. Secara terbalik, itu pulalah yang dilakukan para pelaku kejahatan. Para mafia narkoba harus mencuci uangnya agar bisa menjadi hak milik yang legal.

Maka, penetrasi kekuasaan dalam negara demokrasi harus dilakukan degan urutan-urutan begini. Pertama, menangkanlah wacana publik agar opini publik berpihak kepada kita. Inilah kemenangan pertama yang mengawali kemenangan-kemenangan selanjutnya. Kedua, formulasikan wacana itu ke dalam draft hukum untuk dimenangkan dalam wacana legislasi melalui lembaga legislatif. Kemenangan legislasi ini menjadi legitimasi bagi negara untuk mengeksekusinya. Ketiga, astikan bahwa para eksekutif pemerintah melaksanakan dan menerapkan hukum tersebut.

Jadi, itulah tiga pusat kekuasaan dalam negara demokrasi : wacana publik, legislasi, dan eksekusi. Pengadilan itu lembaga netral. Signifikan tapi tidak menetukan proses pembentukan struktur kehidupan masyarakat.

Demikianlah dakwah harus bekerja di era demokrasi Ada kebebasan yang kita nikmati bersama. Tapi, juga tersedia ”cara tersendiri” untuk mematikan kemungkaran dan melakukan penetrasi kekuasaan. Anggaplah ini sebuah seni yang harus dikuasai para politisi dakwah.

Komentar

  1. suka tulisan anis matta ya, mbak? waaah... saya eblum sempat baca yang ini nih. syukran dah kasih sedikit bocoran. hehe...

    BalasHapus
  2. Iya, suka banget... Biasanya engga pernah mau ketinggalan serial bukunya Ustadz Anis Matta...
    Ooo nazahra belum pernah baca tulisan ini ya?! Saya sarankan harus beli bukunya deh =p

    BalasHapus
  3. burhanuddin salmadie25 Februari 2009 pukul 02.55

    assalamu'alaikum ukhti.........
    anti suka baca buku ustd. anis matta ya...
    oya ana ada tugas dari dari teman2 tuk membedah buku "menikmati demokrasi" kira2 intinya apa ya........?

    BalasHapus
  4. Wa'alaikumsalam...
    Wah, af1 baru di balas... Bedah bukunya sudah kelewat ya?!
    Iya, saya suka semua buku ustd. Anis Matta...

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengalaman Belanja Oleh-oleh Umroh

Saat akan menentukan budget oleh-oleh dan item apa saja yang akan dibeli, saya kebingungan karena minim sekali blog yang menginfokan hal ini. Oleh karena itu, pada tulisan ini akan saya paparkan mengenai beberapa item oleh-oleh yang saya beli di sana. Sayang sekali tidak semua barang berhasil saya dokumentasikan. Walaupun begitu, semoga tulisan saya ini bermanfaat. Nah, ini diantaranya item yang ditemui di Bin Dawood, Makkah. Bin Dawood terletak di kawasan Zamzam Tower lantai dasar. Foto paling atas adalah aneka bumbu, kebanyakan bumbu nasi khas Arab. Ini macamnya banyak sekali. Saya pun membeli belasan buah karena menganggap ini adalah item yang tidak bisa dibeli di tanah air. Foto kedua adalah bumbu kebuli premium seharga 14 riyal dan keju la vache seharga 7,5 riyal. Dan foto ketiga adalah cokelat kerikil kemasan 225gr seharga 16 riyal. Nah, itu struk pembayaran belanja di Bin Dawood, Makkah. Nah, kalau foto yang diatas itu adalah item yang

Melihat foto-foto...

Foto-foto waktu jaman muda@ Kampus... Menatap Langit di atas kampus ITB Turun ke Jalan Pake Jaket Bolang Jadi Ibu Guru Rapat Naik Gunung Napak Tilas Jalan-Jalan ke UI Ketemu Tokoh Briefing..briefing.. Darma Wanita Wira Kreasi Berkarya Nge-Lap

Masuk Magister Kenotariatan UNPAD

Lama tidak menulis. Ada yang kangen dengan tulisan saya kah?? qiqiqi Satu tahun terakhir ini saya menghabiskan waktu untuk melanjutkan sekolah. Mau tau ceritanya? Let's read! Ini adalah laman yang sejak bulan Maret 2018 selalu saya intip. Di laman tersebut saya melakukan registrasi pendaftaran SMUP UNPAD, TPA,TOEFL, pengumuman kelulusan, sampai nantinya pengumuman mengenai daftar ulang dan pelunasan pembayaran SPP semester pertama. Hari-hari saya pun dihabiskan untuk memenuhi persayaratan pendaftaran yang begitu kompleks yang bikin meringis untuk melengkapinya. Foto di atas itu hanya salah satu dari sekian banyak syarat yang harus dipenuhi. Bolak balik ngurusin TPA dan TOEFL, SKCK, Legalisir Ijazah dan Transkip, Surat Keterangan Sehat dari UPT Kesehatan UNPAD, ikut bimbingan belajar, masukin syarat-syarat, bikin Proposal Tesis, serangkaian tes yang bikin nangis, sampai akhirnya melengkapi syarat daftrar ulang. Saat ujian tertulis, saya sudah putus asa. Di situ saya