Langsung ke konten utama

Securah Rasa

Hari-hariku kuhabiskan di rumah ini, bersama anak-anak kita.
Melihat mereka tumbuh berkembang, aku sendiri lah saksinya, umminya mereka :)
Kau selalu bilang, anak-anak kita sangat beruntung, karena kesehariannya bersamaku, bukan bersama pembantu atau guru daycare. Dan itu kumaknai kau tak rela aku meninggalkan anak-anak untuk berkarir.
Kebahagiaan, kelelahan, dan kemarahanku sepanjang hari harus kulalui tanpamu yang harus pergi menjemputkan rizki kami, dan aku bilang padamu ini luar biasa bagiku!
Sekuat tenaga aku menahan diri untuk tidak mencurahkan kemumatanku, menahan agar jari-jariku tidak menuliskannya di telegram, karena aku tahu perjuanganmu pun tak mudah, tapi aku juga manusia, karena bahumu lah satu-satunya tempatku bersandar.
Lelah pulang bekerja kau habiskan waktu menemani kesibukanku, bermain bersama anak-anak kita, menggiring mereka ke masjid, lalu mengantar mereka tidur.
Selepas itu kau pun sangat kelelahan, kadang tertidur sejenak dan aku pun membangunkan tidurmu karena rindu yang tak bisa ditunda. Dan aku merasa perlu mengisi makna bersamamu.
Kadang kau pun terpaksa segera terbangun, sejenak memelukku, dan malam pun masih sangat panjang, lalu kau ambil laptopmu.
Aku tahu programming adalah dunia mu meskipun kau bukan seorang programmer, maka kubiarkan laptop itu ada di antara kita berdua.
Kau pun mulai bercerita, mengisi kekosonganku yang seharian harus berada di rumah, karena tadi anak-anak lah yang mendominasi pembicaraan.
Kau ceritakan segala hal yang telah kau lalui hari ini dan apapun yang ada di kepalamu, banyaaak sekali.
Rasa kantukmu pun hilang diramaikan ceritamu dan cerita jarimu yang mengetik, dan masih banyak yang ingin kau bagi kepadaku, namun aku mulai mengantuk.
Rasa kantukku semakin berat dan aku pun terlelap saat kau masih bercerita, dengan baik hati kau pun membiarkanku terlelap karena larut malam nanti aku masih harus terjaga sendirian beberapa kali, menemani anak-anak yang terbangun, namun jari-jarimu terus bercerita hingga larut malam sendirian.


Suatu saat nanti, bila anak-anak sudah dewasa, aku ingin ikut ke mana saja kau pergi, karena waktu yang kita punya berdua tak cukup untuk mengungkapkan semua perasaan saat kita terpisah...


Bandung, Oktober 2015


Cinta yang dalam,
Istrimu :-*

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengalaman Belanja Oleh-oleh Umroh

Saat akan menentukan budget oleh-oleh dan item apa saja yang akan dibeli, saya kebingungan karena minim sekali blog yang menginfokan hal ini. Oleh karena itu, pada tulisan ini akan saya paparkan mengenai beberapa item oleh-oleh yang saya beli di sana. Sayang sekali tidak semua barang berhasil saya dokumentasikan. Walaupun begitu, semoga tulisan saya ini bermanfaat. Nah, ini diantaranya item yang ditemui di Bin Dawood, Makkah. Bin Dawood terletak di kawasan Zamzam Tower lantai dasar. Foto paling atas adalah aneka bumbu, kebanyakan bumbu nasi khas Arab. Ini macamnya banyak sekali. Saya pun membeli belasan buah karena menganggap ini adalah item yang tidak bisa dibeli di tanah air. Foto kedua adalah bumbu kebuli premium seharga 14 riyal dan keju la vache seharga 7,5 riyal. Dan foto ketiga adalah cokelat kerikil kemasan 225gr seharga 16 riyal. Nah, itu struk pembayaran belanja di Bin Dawood, Makkah. Nah, kalau foto yang diatas itu adalah item yang

Melihat foto-foto...

Foto-foto waktu jaman muda@ Kampus... Menatap Langit di atas kampus ITB Turun ke Jalan Pake Jaket Bolang Jadi Ibu Guru Rapat Naik Gunung Napak Tilas Jalan-Jalan ke UI Ketemu Tokoh Briefing..briefing.. Darma Wanita Wira Kreasi Berkarya Nge-Lap

Masuk Magister Kenotariatan UNPAD

Lama tidak menulis. Ada yang kangen dengan tulisan saya kah?? qiqiqi Satu tahun terakhir ini saya menghabiskan waktu untuk melanjutkan sekolah. Mau tau ceritanya? Let's read! Ini adalah laman yang sejak bulan Maret 2018 selalu saya intip. Di laman tersebut saya melakukan registrasi pendaftaran SMUP UNPAD, TPA,TOEFL, pengumuman kelulusan, sampai nantinya pengumuman mengenai daftar ulang dan pelunasan pembayaran SPP semester pertama. Hari-hari saya pun dihabiskan untuk memenuhi persayaratan pendaftaran yang begitu kompleks yang bikin meringis untuk melengkapinya. Foto di atas itu hanya salah satu dari sekian banyak syarat yang harus dipenuhi. Bolak balik ngurusin TPA dan TOEFL, SKCK, Legalisir Ijazah dan Transkip, Surat Keterangan Sehat dari UPT Kesehatan UNPAD, ikut bimbingan belajar, masukin syarat-syarat, bikin Proposal Tesis, serangkaian tes yang bikin nangis, sampai akhirnya melengkapi syarat daftrar ulang. Saat ujian tertulis, saya sudah putus asa. Di situ saya