Langsung ke konten utama

Kehamilan Ke-5

Assalamualaikum.

Lama tidak menulis. Kali ini saya akan membagikan kisah mengenai kehamilan ke-5. Kehamilan yang berakhir duka namun selalu Allah berikan penawarnya.


Kala itu, penghujung tahun 2019, saya dan suami memutuskan untuk membuka IUD, bertepatan dengan proses tindakan odontektomi yang sedang saya jalani. Tindakan odontektomi ini dilakukan oleh seorang dokter bedah mulut yang terdiri dari foto panoramic, konsumsi psikotropika sebagai penghilang rasa sakit, tindakan pengangkatan yang memakai obat bius, dll. Yang pasti tubuh saya banyak ditempa oleh sesuatu yang kiranya berbahaya dalam proses pembentukan janin.


Seperti saat memasang IUD, melepasnya pun dilakukan pada hari terakhir haid agar tidak sakit, yang ternyata sehabis itu saya tidak mengalami haid lagi, atau dengan kata lain saya langsung hamil begitu lepas IUD. Senang sekali rasanya, apalagi ini adalah kehamilan yang sudah direncanakan jauh-jauh hari. 


Ada yang mengganggu pikiran saya saat itu. Proses odontektomi ini bertepatan dengan proses pembentukan janin. Tentang kehamilan, sudah direncanakan dari beberapa bulan sebelumnya, namun saat itu saya baru kebagian jadwal untuk lepas IUD di bidan kesayangan. Sementara tindakan odontektomi ini tidak direncanakan, karena rasa sakit yang sudah tidak bisa ditoleransi. Dan takdir Allah kedua hal itu terjadi dalam waktu bersamaan. Deg...Jadi khawatir. Tapi saya tetap berdoa yang terbaik.


Hari demi hari menjalani kehamilan. Morning sickness, sambil kuliah, sambil bimbingan, dan mengerjakan Tesis. Saya sengaja menunda pemeriksaan karena biasanya di bulan pertama hanya kelihatan kantung kehamilan. Maka tiba saatnya kehamilan menginjak 8 week dan saya hendak melakukan pemeriksaan pertama. Dari hasil ultrasonography di RSAI, usia kehamilan berdasarkan HPHT adalah 8 minggu, namun janin belum nampak, hanya terdapat kantung kehamilan dan beberapa gumpalan darah di sekitarnya. Seharusnya usia 8 week janin sudah nampak dan sudah memiliki detak jantung. Dokter mengira saya salah ingat HPHT. Tapi itu tidak mungkin karena selain jadwal haid saya sangat teratur, saya pun selalu mencatat segala hal terkait sistem reproduksi tubuh saya dalam sebuah aplikasi di HP. Akhirnya dokter memberikan resep suplemen high protein untuk membantu perkembangan janin.


Saya segera mengambil keputusan untuk mencari second opinion di RSIA Graha Bunda. Hasil ultrasonography kedua ini pun sama. Akhirnya dokter melakukan ultrasonography transvaginal. Hasilnya janin belum nampak namun sudah ada bakal plasenta. Dokter yang ini pun mengira saya salah ingat HPHT. Saya bilang tidak mungkin karena saya mencatat dengan saksama siklus haid saya. Dokter memberikan resep asam folat dan utrogestan sebagai penguat kandungan. Akhirnya saya pulang ke rumah dengan lemas.



Hingga tiba saatnya kehamilan menginjak usia 10 week saya kembali melakukan pemeriksaan di RSAI untuk melihat bagaimana hasil suplemen high protein bekerja. Dari hasil ultrasonography janin belum berkembang dan dokter melihat ada kemungkinan akan abortus. Namun dokter heran kenapa belum ada tanda-tanda seperti flek atau kontraksi. Dokter menanyakan apakah saya minum obat penguat kandungan. Saya baru ingat kalau saya memang minum utrogestan berdasarkan resep dokter di RSIA Graha Bunda. Dan karena itu kemungkinan proses abortus nya akan lebih lama. Dokter menyarankan untuk membiarkan prosesnya secara alami, tidak menggunakan obat apalagi kuretase dengan tetap mengkonsumsi suplemen high protein agar ketika tiba waktunya kantung kehamilan lepas, sel-sel dinding rahim saya sudah siap karena mengalami proses regenerasi yang baik.


Dua pekan kemudian saat menginjak usia kehamilan 12 week akhirnya muncul flek dan kontraksi pertama. Masih ringan rasanya. Dan itu bertepatan dengan negara kita yang mulai 'lockdown' karena angka Covid mulai bertambah. Besoknya kontraksi semakin kuat dan darah banyak keluar. Kami bertahan untuk di rumah karena ketakutan pasien Covid semakin banyak di rumah sakit. Juga karena mengingat saran dokter untuk menunggu proses abortus terjadi secara alami. Polos banget sih sebenarnya karena sebenarnya saya tidak bisa memperkirakan bagaimana reaksi tubuh saya dengan terjadinya abortus ini. Berbekal googling mengenai kondisi syok hipovolemik yang harus diwaspadai, kami tetap bertahan di rumah dengan tetap siaga.


Saat kontraksi semakin kuat dan darah semakin banyak, salah satu dosen pembimbing Tesis memanggil saya untuk bimbingan. Saya pun tetap berangkat mengingat bertemu beliau adalah hal yang sulit belakangan ini. Beliau dosen profesi senior yang sudah sepuh dan 3 bulan kebelakang sakit sehingga saya tidak bisa bimbingan. Maka ketika beliau memanggil, saya tidak mau melewatkan kesempatan. Berangkatlah saya diantar suami tersayang dengan darah keluar deras. Sambil bimbingan saya meringis karena menahan kontraksi. Dan beberapa hari ke depan sakitnya semakin hebat dan darah semakin banyak berukuran besar-besar, persis seperti melahirkan. Begitu terus selama 1 pekan.


Menginjak kehamilan 13 week kontraksinya berkurang tetapi darah masih sangat banyak. Suatu saat saya ingin pipis. Sehabis pipis, saya merasa ada yang mau keluar dari jalan lahir. Saya raba dengan tangan dan betapa terkejutnya tangan saya merasakan proses keluarnya kantung kehamilan sebesar telur angsa yang diselimuti oleh darah padat yang tebal. Tangan saya pun menangkap kantung kehamilan yang keluar tersebut. Saya panik dan langsung memberi kabar kepada suami,

"Ummi habis melahirkan 😭"

     "Melahirkan gimanaaa?"

"Daging, besar"

(kirim foto)

     "MasyaAllah gede bangeeet"

     "Abu pulang"

Sambil menunggu suami yang sedang dalam perjalanan pulang, saya pun kembali tenang. Dan ketika suami datang dengan panik saya pun lagi santai 😅


Yah qadarullah, janin ke-5 ini belum jadi rizki kami. Pendarahan masih berlanjut sampai sepekan kedepan. Jadi total pendarahan dari awal sampai selesai adalah 3 pekan. Setelah kantung kehamilan keluar, tidak ada lagi kontraksi dan jumlah darah semakin berkurang hingga akhirnya habis.


Hormat saya kepada teman-teman yang sedang berjuang untuk hamil, yang belum kunjung hamil, dan yang telah mendapat rizki hamil namun harus kehilangan janinnya. Ini adalah kehamilan ke-5 saya dan saya sudah punya 4 anak sebelumnya. Namun ketika harus kehilangan seperti ini ternyata rasanya patah hati sekali. Akhirnya saya tau bagaimana rasanya keguguran. Setelah merasakan kehamilan dan morning sickness, lalu harus merelakan janin itu pergi...😢



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengalaman Belanja Oleh-oleh Umroh

Saat akan menentukan budget oleh-oleh dan item apa saja yang akan dibeli, saya kebingungan karena minim sekali blog yang menginfokan hal ini. Oleh karena itu, pada tulisan ini akan saya paparkan mengenai beberapa item oleh-oleh yang saya beli di sana. Sayang sekali tidak semua barang berhasil saya dokumentasikan. Walaupun begitu, semoga tulisan saya ini bermanfaat. Nah, ini diantaranya item yang ditemui di Bin Dawood, Makkah. Bin Dawood terletak di kawasan Zamzam Tower lantai dasar. Foto paling atas adalah aneka bumbu, kebanyakan bumbu nasi khas Arab. Ini macamnya banyak sekali. Saya pun membeli belasan buah karena menganggap ini adalah item yang tidak bisa dibeli di tanah air. Foto kedua adalah bumbu kebuli premium seharga 14 riyal dan keju la vache seharga 7,5 riyal. Dan foto ketiga adalah cokelat kerikil kemasan 225gr seharga 16 riyal. Nah, itu struk pembayaran belanja di Bin Dawood, Makkah. Nah, kalau foto yang diatas itu adalah item yang

Melihat foto-foto...

Foto-foto waktu jaman muda@ Kampus... Menatap Langit di atas kampus ITB Turun ke Jalan Pake Jaket Bolang Jadi Ibu Guru Rapat Naik Gunung Napak Tilas Jalan-Jalan ke UI Ketemu Tokoh Briefing..briefing.. Darma Wanita Wira Kreasi Berkarya Nge-Lap

Masuk Magister Kenotariatan UNPAD

Lama tidak menulis. Ada yang kangen dengan tulisan saya kah?? qiqiqi Satu tahun terakhir ini saya menghabiskan waktu untuk melanjutkan sekolah. Mau tau ceritanya? Let's read! Ini adalah laman yang sejak bulan Maret 2018 selalu saya intip. Di laman tersebut saya melakukan registrasi pendaftaran SMUP UNPAD, TPA,TOEFL, pengumuman kelulusan, sampai nantinya pengumuman mengenai daftar ulang dan pelunasan pembayaran SPP semester pertama. Hari-hari saya pun dihabiskan untuk memenuhi persayaratan pendaftaran yang begitu kompleks yang bikin meringis untuk melengkapinya. Foto di atas itu hanya salah satu dari sekian banyak syarat yang harus dipenuhi. Bolak balik ngurusin TPA dan TOEFL, SKCK, Legalisir Ijazah dan Transkip, Surat Keterangan Sehat dari UPT Kesehatan UNPAD, ikut bimbingan belajar, masukin syarat-syarat, bikin Proposal Tesis, serangkaian tes yang bikin nangis, sampai akhirnya melengkapi syarat daftrar ulang. Saat ujian tertulis, saya sudah putus asa. Di situ saya